in the future - u will be able to do some more stuff here,,,!! like pat catgirl- i mean um yeah... for now u can only see others's posts :c
KH. Nur Ihyak Hadinegoro mengeluarkan uang puluhan juta untuk mempelajari ilmu Nasab khususnya Nasab Kaum Balawi. Beliau rela merogoh kocek yang tidak sedikit untuk mempelajari berbagai jenis dan puluhan kitab Nasab/manuskrip dari abad ke 2 Hijriyah sampai abad ke 13 Hijriyah yang di datangkan dari kawasan timur tengah, baik kitab dari internal maupun external Klan Ba'alawi, termasuk berbagai kitab dari Yaman yang notabene negara asal muasal Klan Balawi.
Setelah lebih dari satu tahun mempelajari bebagai jenis kitab, akhirnya beliau mengambil kesimpulan dan mengatakan dengan tegas bahwa Klan Balawi terputus/tidak nyambung Nasabnya ke baginda Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam.
Akan tetapi sungguh sangat ironis, tidak sedikit para pemuka agama baik Ustadz, Buya, Kiyai atau Ulama yang lain dengan enteng dan mudahnya mengatakan:
"Fitnah akhir zaman dan Dajjal bagi mereka yang tidak mengakui Klan Ba'alawi sebagai Dzuriyah Nabi"
Sementara mereka meyakini Klan Ba'alawi sebagai Dzuriyah Nabi hanya berdasarkan "Katanya" dari beberapa Ulama terdahulu yang sudah tidak bisa di konfirmasi dasar keyakinan dan kebenarannya dari mana..!?
Dan juga bukan dari hasil proses pembelajaran serta penelitian puluhan kitab seperti yang di lakukan KH. Nur Ihyak Hadinegoro.
Jadi sangat wajar jika di bawah (Umat) saling menjelekan satu sama lain, karena para pemuka agamanya juga tidak memberi contoh yang baik, yang dengan mudahnya bilang
"Fitnah akhir zaman"
Tanpa konfirmasi dan klarifikasi kepada orang yang tidak mengakui Klan Balawi.
10 - 0
Makam palsu di Jogja ada sekitar 260-an makam, di Indonesia ada 3000-an makam yang di palsukan. Saudara kita dari Alap-alap mataram hanya fokus ke penelitian makam.
Bagaimana orang masa lalu yang sedikit dan kita tidak pernah tahu sejarahnya, tiba-tiba makamnya banyak dan menjadi ulama besar semua. Sedangkan ulama kita seperti Ki Ageng Giring, Kebo Kenongo, Joko Tingkir, Ki Ageng Selo dll makamnya terbengkalai namun lebih suka menziarahi makam-makam yang tidak jelas sejarah dan perannya untuk bangsa kita.
Anehnya makam tersebut di klaim tempat bersemayamnya keturunan dari Hadramaut atau Tarim Yaman, sedang fakta sejarahnya imigran Yaman baru datang di abad ke 18-an serta sangat dekat dengan Belanda.
www.facebook.com/100011349885158/posts/25893802581…
www.facebook.com/100095152310826/posts/13573454294…
5 - 0
SYARIF ABUL JADID BUKAN KETURUNAN AHMAD BIN ISA
Kitab Al-Suluk fi Tabaqat al-Ulama wa al-Muluk adalah kitab sejarah yang memuat tentang nama-nama ulama dan penguasa Yaman. ia ditulis oleh sejarawan dari kota Janad yang bernama Bahauddin al-Janadi (w.732 H.). kitab ini mereportase seorang ulama yang bernama Syarif Abul Jadid dari keluarga Abu Alwi dan adiknya yang bernama Abdul Malik. Dari sinilah nanti di abad ke-9 H. keluarga Abdurrahman Assegaf mengklaim Syarif Abul Jadid ini sebagai bagian keluarga mereka.
Ketika mengurut silsilah nasab Syarif Abul Jadid , Al-Janadi menyambungkannya sampai Ahmad bin Isa tanpa menyebutkan dasar dan sumber otoritatif dari kitab-kitab nasab. silsilah lengkap Syarif Abul Jadid yang terdapat dalam tiga versi manuskrip kitab Al Suluk adalah: Abul Hasan Ali (Syarif Abul Jadid) bin Muhammad bin Ahmad bin Jadid bin Abdullah bin Ahmad bin Isa dst.
Silsilah tersebut tertolak oleh kitab-kitab nasab yang menulis anak keturunan Ahmad bin Isa. di mana dalam kitab-kitab nasab “al-qadimah” (terdahulu) tidak pernah menyebutkan bahwa Ahmad bin Isa mempunyai anak bernama Abdullah. Kitab Al-Syajarah al-Mubarakah (597 H.) menyebutkan bahwa anak Ahmad bin Isa yang berketurunan adalah tiga orang: Muhammad, Ali dan Husain. Tidak ada anak Ahmad bernama Abdullah.
Para ahli nasab menetapkan bahwa kitab sejarah seperti kitab Al-Suluk ini, tidak bisa dijadikan tools untuk mengitsbat nasab apalagi kitab sejarah itu bertentangan dengan kitab-kitab nasab.
Dalam Kitab Ushulu ‘Ilmi al-Nasab wa al-Mufadlalah Bain al-Ansab karya Fuad bin Abduh bin Abil Gaits al Jaizani halaman 76-77 dikatakan:
وعندما نحقق النسب فان المصادر التى يمكن ان نستقي منها النسب يجب ان تكون من كتب الانساب القديمة التي كتبت فيما قبل العصر الحديث حيث كان الناس اقرب الى معرفة اصولهم
“Dan ketika kita men-tahqiq nasab, maka sumber-sumber yang memungkinkan kita mengambil darinya, wajib berupa kitab-kitab nasab terdahulu yang ditulis sebelum masa modern, yaitu ketika orang lebih dekat mengetahui keturunan mereka”
Perhatikan kalimat “wajib berupa kitab-kitab nasab terdahulu”. Sedangkan Al-Suluk bukanlah kitab nasab, maka Al-Suluk tidak memenuhi syarat para ahli nasab untuk menetapkan nasab.
Syekh Al-Nassabah Khalil bin Ibrahim dalam kitabnya Muqaddimat fi ‘Ilm al-Ansab berkata:
لا يؤخذ هذ العلم الا من مصادره ومراجعه المعتمدة
“Ilmu ini (penetapan nasab) tidak bisa diambil kecuali dari referensi ilmu nasab dan rujukan-rujukannya” (Muqaddimat fi ‘Ilm al-Ansab, h. 86)
Perhatikan kalimat ucapan ahli nasab ini, bahwa penetapan nasab tidak bisa diambil dari kitab-kitab selain rujukan penetapan nasab. sedangkan Al-Suluk adalah rujukan sejarawan bukan rujukan ahli nasab.
Dr. Abdurrahman bin Majid al-Qaraja dalam kitabnya Al-Kafi al- Muntakhob mengatakan:
ولا يقدم بحال على ما يثبته النسابة خصوصا ان كانوا اقرب زمانا او مكانا
“(Sejarawan) tidak boleh didahulukan dari penetapan ahli nasab khususnya jika ahli nasab itu lebih dekat masanya atau tempatnya” (Al-Kafi al- Muntakhab, h. 71).
Perhatikan ucapan seorang doktor dan seorang nassabah (ahli nasab) ini, bahwa sejarawan tidak boleh didahulukan sama sekali dari apa yang telah ditetapkan ahli nasab. Al-Janadi adalah seorang sejarawan, ia mencatat nama Abdullah sebagai anak Ahmad bertentangan dengan apa yang telah ditetapkan ahli nasab abad sebelumnya, maka apa yang telah ditulis Al-Janadi itu sama sekali tidak bermakna apa-apa dalam penetapan nasab. apalagi kebiasaan para sejarawan tentang pengakuan nasab itu hanya menulis informasi yang ia terima tanpa memverifikasinya, karena bagi sejarawan pengakuan itupun merupakan bagian dari sejarah itu sendiri. Mengenai benar atau tidaknya pengakuan nasab itu hal lain yang akan dibuktikan kebenaran dan kedustaanya oleh ahli nasab.
Dalam kitab Al-‘Ibar karya Ibnu Khaldun dikatakan:
وكثيرا ما وقع للمؤرّخين والمفسّرين وأئمّة النّقل من المغالط في الحكايات والوقائع لاعتمادهم فيها على مجرّد النّقل غثّا أو سمينا ولم يعرضوها على أصولها ولا قاسوها بأشباهها ولا سبروها بمعيار الحكمة والوقوف على طبائع الكائنات وتحكيم النّظر والبصيرة في الأخبار فضلّوا عن الحق وتاهوا في بيداء الوهم والغلط
“Dan banyak para sejarawan, ahli tafsir dan para imam-imam perawi terjadi kesalahan dalam hikayat-hikayat dan kejadian-kejadian karena mereka berpatokan dengan hanya mengutip tidak peduli yang rusak atau yang baik. Mereka tidak memverifikasinya kepada sumbernya dan tidak mengukurnya dengan serupanya dan tidak menelitinya dengan standar ilmu dan berdiri terhadap kebiasaan alam semesta dan menguatkan pemikiran dan bashirah dalam berita-berita maka mereka tersesat dari kebenaran dan bingung dalam lapangan dugaan dan kesalahan” (Al-Ibar, Al-Maktabah al Syamilah juz 1 h. 13).
Jadi, kitab-kitab selain kitab nasab, semacam kitab sejarah, tabaqat, sanad, tasawuf, semacam Al-Suluk, Al-Athoya, Al-Iqd al-Fakhir, Tuhfat al-Zaman, Al-Jauhar al-Syafaf, Al-Burqat, dan sebagainya tidak dapat digunakan sebagai pengitsbatan nasab. kitab semacam itu bisa untuk menguji apakah nama-nama dalam objek kajian itu merupakan sosok historis atau tidak tetapi tidak bisa digunakan untuk mengitsbat nasab. pengitsbatan nasab hanya bisa dilakukan oleh kitab nasab yang ditulis memang untuk mengitsbat nasab semacam kitab Al-Syajarah al-Mubarakah.
Kitab nasab pertama yang mengitsbat Syarif Abul Jadid adalah kitab Al-Nafhah al-Anbariyah tahun 880 H. tetapi sayang kitab itu bertentangan dengan kitab-kitab nasab sebelumnya. Menurut para ahli nasab, sebuah kitab nasab bisa dijadikan tools untuk mengitsbat nasab hanya jika isinya tidak bertentangan dengan kitab nasab sebelumnya. Sedangkan, kitab Al-Nafhah ini bertentangan dengan kitab sebelumnya yang menyatakan bahwa Ahmad bin Isa hanya mempunyai keturunan dari tiga anak yaitu: Muhammad, Ali dan Husain tidak ada nama Abdullah atau Ubaidillah seperti yang disebut oleh Al-Nafhah.
Nama Syarif Abul Jadid tidak pernah sekalipun disebut dalam kitab-kitab nasab sebelum abad sembilan sebagai keturunan Ahmad bin Isa. Dengan sangat lemahnya nasab Syarif Abul Jadid ini, keluarga Abdurrahman Assegaf mencangkoknya untuk menautkan diri dengan Ahmad bin Isa. jika yang dicangkoknya saja tidak sah, maka yang mencangkoknya lebih tidak sah lagi.
Penulis: Imaduddin Utsman Al-Bantani
6 - 0
*Para kabaib baklawi ngotot sbg Cucu Ubaidillah, nama tokoh yang Membantai Cucu Nabi Muhammad*
Berikut Hadits Shahih Bukhari, yang menceritakan kematian Sayyidina Husen RA oleh Ubaidillah.
( عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أُتِيَ عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ زِيَادٍ بِرَأْسِ الْحُسَيْنِ فَجُعِلَ فِي طَسْتٍ فَجَعَلَ يَنْكُتُ وَقَالَ فِي حُسْنِهِ شَيْئًا فَقَالَ أَنَسٌ كَانَ أَشْبَهَهُمْ بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَانَ مَخْضُوبًا بِالْوَسْمَةِ )
"Anas bin Malik berkata, “Kepala Husain dibawa dan didatangkan kepada Ubaidullah Bin Ziyad. Kepala itu diletakkan di dalam bejana. Lalu Ubaidullah Bin Ziyad menusuk-nusuk (dengan pedangnya) dan mengulas sedikit tentang ketampanan Husain”. Anas mengatakan, “Diantara Ahlul bait, Husain adalah orang yang paling mirip dengan Rasulullah SAW”. Saat itu, Husain digilap rambutnya dengan wasmah (sejenis inai). (HR. Bukhari - Shahih)
Anas bin Malik jadi saksi yang melihat dengan mata kepalanya sendiri, Ubadillah menusuk-nusuk kepala Husen RA dengan pedangnya yang sudah mati terpenggal. Anas bin Malik yang menahan perbuatan Ubed itu. "Sudah cukup, bagaimanapun Husen RA adalah Cucuk Kesayangan baginda Rasulullah SAW."
.
Logis Tidak, sebagai anak cucu Sayyidina Husain RA, saat punya anak, lalu ngasih nama anak, dengan nama PEMBUNUH kakek mereka...??? Logis tidak...!?
Pikir sampai akal sehat yang waras.....
GA AKAN PERNAH, MUSTAHIL. CACAT LOGIKA.
Analogi sederhana:
Saat Anda punya anak, dikasih nama dengan nama pembunuh Kakek Buyut Anda dahulu..... Anda waras? Mustahil....!!! Imposible....!!
Betul apa betul??
.
Itu sebabnya, tidak akan pernah terjadi, tidak pernah ditemukan dalam susunan silsilah nasab Duriyat Nabi SAW, baik jalur Husen RA maupun jalur Hasan RA... yang ngasih nama anak keturunannya dengan nama: *Ubaidillah*
Wong itu nama pembunuh Kakek mereka. wonge edan kabeh, pemuja keturunan pembunuh Cucu kesayangan nabi sAw.
2 - 0
Fenomena Alam Ini Penyebab Pulau Jawa dan Sumatera Terbelah
Pulau Jawa dan Sumatera memiliki sejarah yang menarik tentang bagaimana mereka dulunya menyatu, sebelum terjadi fenomena alam sangat dahsyat yang membuat kedua pulau terpisah.
Berbagai pendapat mencoba menguak dibalik tabir terpisahnya dua pulau tersebut. Dari pendapat-pendapat tersebut, keseluruhan sepakat bahwa pemisahan itu disebabkan fenomena alam yang sangat dahsyat.
Benarkah pulau Jawa dan Sumatera dahulu bersatu. Para ahli sepakat bahwa Pulau Jawa dan Sumatera dulunya memang menyatu, bahkan dengan Kalimantan, sebelum terbelah dan membentuk dataran yang disebut Sunda Besar.
Pemisahan Jawa dan Sumatera sendiri diyakini disebabkan oleh gerakan lempeng Bumi. Meskipun ada pendapat yang menyebut letusan Gunung Krakatau sebagai penyebab pemisahan ini, para ahli lebih meyakini faktor tektonik.
Pustaka Raja Purwa, yang ditulis pujangga Jawa Ronggowarsito pada tahun 1869, mencatat bahwa letusan Gunung Kapi (yang kemudian diidentifikasi sebagai Gunung Krakatau) menjadi penyebab pemisahan Pulau Jawa dan Sumatera.
#sejarawan #pulaujawadansumatera #history #tempodulu #menarik #info #wawasan
5 - 0
*Manfaat Tes Y-DNA dalam Menelusuri Garis Keturunan: Penjelasan Ilmiah dan Klarifikasi Miskonsepsi, serta Fakta Klan Ba'alwi*
Tes Y-DNA adalah salah satu metode ilmiah yang akurat untuk menelusuri jalur paternal seseorang, menghubungkan garis keturunan langsung dari ayah hingga ke nenek moyang. Tes ini telah digunakan secara luas dalam ilmu genealogis, termasuk untuk memverifikasi klaim-klaim silsilah dalam berbagai masyarakat, baik di Indonesia maupun di seluruh dunia. Berdasarkan prinsip genetika, tes ini menjadi salah satu cara yang paling modern dan tepat dalam melacak hubungan kekerabatan tanpa adanya bias politik atau kepentingan eksternal.
*1. Prinsip Ilmiah Y-DNA*
Kromosom Y hanya diwariskan dari ayah ke anak laki-laki, dan karakteristiknya yang stabil selama beberapa generasi memungkinkan ilmuwan untuk memetakan jalur paternal seseorang dengan sangat akurat. Dengan melihat pola mutasi kecil di dalam kromosom Y, ilmuwan dapat menentukan hubungan antara individu-individu yang memiliki leluhur paternal yang sama. Dalam konteks ini, tes Y-DNA banyak digunakan untuk penelitian genealogi dan studi antropologi dalam mengidentifikasi asal-usul kelompok etnis, termasuk kelompok-kelompok masyarakat di Indonesia.
*2. Dukungan Ilmiah dari Ahli Genetika*
Tes Y-DNA telah mendapatkan dukungan dari banyak ahli di Indonesia dan dunia. Dr. Sugeng Sugiarto, seorang ahli genetika DNA dari BRIN, adalah salah satu ilmuwan Indonesia yang aktif melakukan riset di bidang ini. Di tingkat internasional, proyek "Genographic" yang dipimpin oleh Dr. Spencer Wells telah memetakan hubungan kekerabatan antar kelompok etnis di seluruh dunia, menegaskan bahwa Y-DNA adalah alat penting dalam memahami sejarah migrasi dan silsilah manusia.
*3. Dalil-dalil dari Al-Quran dan Sunnah*
Al-Quran mengajarkan pentingnya mengenal asal-usul kita, sebagaimana dalam Surah Al-Hujurat (49:13):
> "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal."
Ayat ini menunjukkan bahwa mengenal asal-usul melalui teknologi modern seperti tes Y-DNA adalah sejalan dengan ajaran Islam, yang mendorong umat untuk mengeksplorasi pengetahuan demi kebaikan bersama.
*4. Manfaat Sosial dan Ilmiah*
Penggunaan tes Y-DNA dalam mempelajari kekerabatan sangat bermanfaat dalam meluruskan klaim keturunan, terutama ketika dokumen atau catatan sejarah yang otentik terbatas. Di Indonesia, tes DNA juga berperan penting dalam penelitian mengenai berbagai etnis dan asal-usul mereka, seperti suku Dayak, Bugis, dan kelompok etnis lainnya.
*5. Anggapan Keliru Tentang Tes DNA*
Ada anggapan keliru bahwa tes DNA dilakukan untuk kepentingan politik asing atau kelompok tertentu. Namun, pandangan ini tidak berdasar secara ilmiah. Tes DNA adalah alat penelitian berbasis sains yang diterapkan di seluruh dunia untuk tujuan akademis dan kesehatan, tanpa adanya agenda tersembunyi. Di Timur Tengah, bahkan kerajaan seperti Yordania menggunakan tes DNA untuk memverifikasi garis keturunan mereka, khususnya yang mengklaim keterhubungan dengan Nabi Muhammad SAW.
*6. Fakta Klan Ba'alwi dan Haplogrup G*
Dalam konteks ini, penemuan terbaru melalui tes Y-DNA juga membuktikan bahwa Klan Ba'alwi, yang selama ini mengklaim sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW, ternyata memiliki haplogrup G. Ini bertentangan dengan haplogrup J1, yang secara ilmiah diidentifikasi sebagai haplogrup khas Arab dan keturunan langsung dari Nabi Muhammad SAW.
Para ahli genetika telah menunjukkan bahwa keturunan Nabi Muhammad SAW, termasuk mereka yang secara tradisional diidentifikasi dengan nasab yang jelas, memiliki haplogrup J1, yang umumnya ditemukan di antara orang-orang Arab Semit. Sebaliknya, haplogrup G yang dimiliki oleh klan Ba'alwi adalah haplogrup yang lebih banyak ditemukan di wilayah Kaukasus dan beberapa bagian Asia Tengah, sehingga secara genetika membuktikan bahwa klaim mereka sebagai dzuriyat Nabi Muhammad SAW tidak didukung oleh bukti ilmiah.
*7. Kesimpulan*
Penggunaan tes Y-DNA merupakan cara yang sangat efektif dan ilmiah untuk menelusuri garis paternal seseorang. Ini bukan alat untuk kepentingan politik atau niat jahat, melainkan bagian dari penelitian genetika modern yang telah diakui di seluruh dunia. Selain itu, penemuan tentang haplogrup G dari klan Ba'alwi semakin menguatkan fakta bahwa klaim mereka sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW tidak sesuai dengan bukti genetika, yang menunjukkan bahwa keturunan langsung Nabi memiliki haplogrup J1.
Dengan demikian, memahami asal-usul dan kebenaran ilmiah melalui teknologi genetika adalah langkah yang bijak untuk meluruskan klaim-klaim nasab yang belum terbukti.
15 - 2
SEMESTA BERGERAK LURUSKAN SEJARAH PERADABAN ISLAM NUSANTARA
*NASAB BA'ALWI PALSU & KLIR PW NU JAWA TIMUR STERIL DARI HABAIB BA'ALWI*
_(Komposisi Susunan Personalia PWNU Jawa Timur 2024 - 2029 tidak lagi satupun mencantumkan nama habaib Ba'alwi)_
Oleh: *Abdur Rahman El Syarif*
Beredar Susunan Personalia PWNU Jawa Timur 2024 - 2029 dengan Dwitunggal Rais Syuriah dan Ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Timur yakni: KH. Anwar Manshur (Lirboyo Poloso Kediri) dan KH. Kikin A Hakim (Tebuireng Jombang)
Sepanjang pengamatan nama-nama personalia yang tercantum dalam jajaran Mustasyar, Syuriah, dan Tanfidziyah tampak tak satupun tertuang nama habaib Ba'alwi. Fakta ini memberikan suasana tentram dan damai di hati para Nahdhiyyin.
Trauma nahdhiyyin atas peristiwa aneksasi dan pencaplokan jama'ah, pengaruh, pencaplokan sejarah, pembangkangan dan pencaplokan Badan Otonom oleh toko Klan Ba'alwi, Kabib Luthfi bin Yahya diyakini akan sulit terjadi jika 'para perusuh Ba'alwi' ini tidak ada di dalam tubuh NU, dan selama ini terbukti menjadi 'duri dalam daging NU'
Membaca postingan susunan personalia PWNU Jawa Timur 2024 - 2029 beberapa nitizen berkomentar:
"Klir: *Steril dari Habib Ba'alwi*, hanya terselip satu di jajaran Wakil Rais, Habib Ahmad Edrus Al Habsyi (terkonfirmasi salah ketik)".
" Terima kasih, KH. Anwar Manshur dan Gus Kikin", balas yang lain
Semoga PWNU Jawa Timur menjadi NU yang Rahmatan Lil 'Alamin. Aamiin
#pbnu #pwnujatim #aswaja #walisongo
www.facebook.com/share/p/xju5tn3kmVc9ywa7/?mibexti…
16 - 3
*Klan Ba’alwi bukan dzuriyat Nabi Muhammad S.A.W. dari berbagai sudut pandang ilmu nasab:*
1. Ilmu Musthalah Nasab
Ilmu Musthalah Nasab mempelajari istilah dan definisi yang digunakan dalam ilmu nasab. Dalam konteks ini, istilah dzuriyat (keturunan) merujuk pada garis keturunan langsung dari Nabi Muhammad. Untuk membuktikan bahwa klan Ba’alwi bukan dzuriyat Nabi Muhammad, harus ada definisi yang jelas dan bukti yang memadai untuk setiap klaim keturunan. Dalam hal ini, bukti yang ada menunjukkan bahwa klan Ba’alwi tidak dapat dikategorikan sebagai dzuriyat Nabi Muhammad.
2. Ilmu Famologi
Ilmu Famologi memeriksa struktur keluarga dan keturunan. Studi ini mengungkap bahwa Bani Hasyim, bukan klan Ba’alwi, adalah keturunan langsung Nabi Muhammad. Struktur keluarga Bani Hasyim yang terdaftar dalam berbagai catatan historis menunjukkan bahwa mereka adalah garis keturunan langsung dari Nabi Muhammad.
3. Ilmu Qabilah/Qabail
Ilmu Qabilah mempelajari suku dan klan. Dalam hal ini, klan Ba’alwi adalah klan Hadramaut, Yaman, sedangkan Bani Hasyim berasal dari Mekah. Keduanya berasal dari wilayah dan latar belakang suku yang berbeda, sehingga tidak memungkinkan klan Ba’alwi menjadi keturunan langsung Nabi Muhammad menurut pembagian suku yang dikenal dalam ilmu nasab.
4. Ilmu Manaqib
Ilmu Manaqib mempelajari keutamaan individu dalam konteks genealogis. Keutamaan dan pengakuan yang diterima oleh Bani Hasyim sebagai keturunan Nabi Muhammad tidak sama dengan pengakuan terhadap klan Ba’alwi. Dalam catatan sejarah dan tradisi Islam, Bani Hasyim memiliki pengakuan yang jelas sebagai keturunan langsung Nabi Muhammad.
5. Ilmu Sirah dan Sejarah
Ilmu Sirah dan Ilmu Sejarah mencakup kehidupan Nabi Muhammad dan sejarah awal Islam. Catatan sejarah menunjukkan bahwa Bani Hasyim adalah keturunan langsung Nabi Muhammad. Tidak ada bukti historis yang mendukung klaim bahwa klan Ba’alwi adalah keturunan langsung Nabi Muhammad.
6. Ilmu Historiografi
Ilmu Historiografi adalah metodologi penulisan sejarah. Dalam studi historiografi, Bani Hasyim diakui sebagai keturunan langsung Nabi Muhammad dalam catatan sejarah dan teks klasik, sementara klan Ba’alwi tidak memiliki catatan yang sama.
7. Ilmu Silsilah dan Sanad
Ilmu Silsilah dan Ilmu Sanad memeriksa rantai keturunan dan transmisi informasi. Silsilah Bani Hasyim secara jelas menunjukkan keturunan langsung dari Nabi Muhammad. Klan Ba’alwi tidak termasuk dalam silsilah tersebut, dan sanad yang menghubungkan mereka dengan Nabi Muhammad tidak dapat ditemukan.
8. Ilmu Kronologi Nasab
Ilmu Kronologi Nasab melibatkan pengetahuan tentang urutan waktu dalam sejarah keturunan. Kronologi yang ada menunjukkan bahwa Bani Hasyim adalah keturunan langsung Nabi Muhammad, sementara klan Ba’alwi tidak memiliki posisi dalam kronologi keturunan Nabi Muhammad.
9. Ilmu Auqat wa Mawathinun Nasab
Ilmu Auqat wa Mawathinun Nasab memeriksa waktu dan tempat yang relevan dengan nasab. Bukti-bukti menunjukkan bahwa klan Ba’alwi muncul di wilayah yang berbeda dan waktu yang berbeda dibandingkan dengan keturunan Nabi Muhammad yang terdaftar dalam sejarah Islam.
10. Ilmu Genetika
Ilmu Genetika menunjukkan bahwa Bani Hasyim memiliki haplogroup Y-DNA J, yang umum di kalangan populasi Arab Timur Tengah. Sebaliknya, klan Ba’alwi ditemukan memiliki haplogroup G, yg lebih umum di Kaukasus. Perbedaan genetik ini menunjukkan bahwa klan Ba’alwi tidak mungkin menjadi keturunan langsung dari Bani Hasyim berdasarkan bukti genetik.
11. Ilmu Genealogi dan DNA Nasab
Ilmu Genealogi dan Ilmu DNA Nasab memverifikasi klaim keturunan dengan menggunakan data genetik dan genealogis. Studi genetik yg ada menunjukkan bahwa klan Ba’alwi tidak memiliki hubungan genetik langsung dengan Bani Hasyim.
12. Ilmu Forensik Nasab dan Sidik Jari Nasab
Ilmu Forensik Nasab dan Ilmu Sidik Jari Nasab menggunakan teknik forensik untuk memverifikasi klaim keturunan. Teknik-teknik ini tdk menemukan bukti yg mendukung klaim bahwa klan Ba’alwi adalah keturunan langsung Nabi Muhammad.
______________
KESIMPULAN :
Dengan menggabungkan analisis dari berbagai cabang ilmu nasab, dapat disimpulkan bahwa klan Ba’alwi bukanlah dzuriyat Nabi Muhammad. Analisis sejarah, filologi, dan genetik secara konsisten menunjukkan bahwa Bani Hasyim adalah keturunan langsung Nabi Muhammad, sedangkan klan Ba’alwi tdk memiliki bukti yang mendukung klaim tersebut
12 - 1
*Kisah bahwa Faqih al-Muqaddam melakukan mi'raj (perjalanan spiritual ke langit) sebanyak 70 kali dalam satu malam adalah sebuah cerita yang tidak logis, khurafat, dan menyalahi syariat Islam.*
Berikut adalah penjelasan mengapa kisah ini tidak dapat diterima secara rasional maupun syariat:
*1. Mi'raj adalah Mukjizat Khusus untuk Nabi Muhammad SAW*
Dalam ajaran Islam, mi'raj adalah mukjizat yang diberikan khusus kepada Nabi Muhammad SAW. Peristiwa Isra' Mi'raj merupakan perjalanan luar biasa yang hanya terjadi sekali dalam kehidupan Rasulullah SAW. Allah SWT memberikan mi'raj sebagai tanda kebesaran-Nya, dan itu hanya terjadi sekali untuk Nabi Muhammad SAW sebagai penutup para nabi dan rasul.
Tidak ada dalil dalam Al-Qur'an maupun hadits yang mendukung adanya mi'raj bagi orang selain Nabi Muhammad SAW, apalagi dilakukan berulang kali seperti yang dikisahkan tentang Faqih al-Muqaddam. Mengklaim bahwa seseorang selain Rasulullah SAW mengalami mi'raj adalah bentuk pelanggaran terhadap konsep kenabian dan mukjizat yang hanya dikhususkan untuk para rasul.
*2. Tidak Ada Dalil dalam Syariat untuk Mi'raj Selain Nabi*
Kisah mi'raj 70 kali dalam semalam tidak didukung oleh dalil syar'i dari Al-Qur'an maupun hadits yang sahih. Dalam ilmu ushul fiqh, tindakan yang tidak memiliki dasar dari nash (teks) yang jelas dari Al-Qur'an atau hadits yang sahih dikategorikan sebagai bid'ah. Perbuatan seperti ini bahkan berpotensi menyesatkan umat jika dianggap sebagai bagian dari ajaran Islam.
*3. Logika dan Akal Sehat Menolak*
Kisah mi'raj 70 kali dalam semalam juga tidak masuk akal secara logis. Bahkan bagi Nabi Muhammad SAW, mi'raj adalah perjalanan spiritual yang luar biasa dan tidak biasa. Melakukan mi'raj 70 kali dalam satu malam, secara logis, sulit diterima akal sehat karena tidak ada penjelasan yang masuk akal mengenai bagaimana ini bisa terjadi.
Dalam Islam, kita diajarkan untuk menggunakan akal sehat dalam memahami dan menerima cerita-cerita yang beredar. Jika sebuah kisah bertentangan dengan logika dan akal sehat, apalagi tanpa dasar dalil yang kuat, maka kisah tersebut tidak bisa diterima begitu saja.
*4. Bentuk Khurafat dan Pengingkaran terhadap Syariat*
Kisah ini juga bisa digolongkan sebagai khurafat, yakni cerita yang tidak benar yang bertentangan dengan syariat dan akidah Islam. Khurafat sering kali digunakan untuk menonjolkan individu tertentu dengan cara yang melampaui batas kebenaran syariat.
Kisah seperti ini berpotensi membawa umat kepada pemahaman yang salah dan menyimpang dari ajaran Islam yang lurus. Dalam hadits sahih, Rasulullah SAW bersabda:
Kisah mi'raj yang tidak berdasar ini dapat menyesatkan umat dan menjauhkan mereka dari ajaran Islam yang murni.
*Kesimpulan:*
Mengklaim bahwa Faqih al-Muqaddam melakukan mi'raj 70 kali dalam semalam adalah kisah khurafat yang tidak logis dan menyalahi syariat Islam. Mi'raj adalah mukjizat khusus untuk Nabi Muhammad SAW dan tidak ada dalil atau dasar dari Al-Qur'an maupun hadits yang mendukung adanya mi'raj bagi orang selain Nabi. Kisah ini tidak hanya menentang akal sehat, tetapi juga bertentangan dengan ajaran Islam yang mengajarkan bahwa setiap perkara yang tidak berdasar dalam agama adalah tertolak.
11 - 2
Kita profiling kualitas tiap personil
Barisan pejuang polemik nasab
1, kiayi Imaduddin
Background pendidikan pesantren di 12 ponpes dan menimba ilmu di Mesir ( saya perkirakan kiayi Imad menimba ilmu lebih dari 15 tahun )
Punya ponpes , santri lebih dari 900 orang
Menghasilkan karya kitab 20 kitab ( disini sudah level ulama jumhur )
Pendidikan formal mencapai level master agama disiplin ilmu hadits dan ilmu Al-Qur'an, jadi tidak diragukan lagi menguasai ilmu hadits dan ilmu tafsir
2, profesor manachem Ali, staf pengajar di unair, seorang expert ilmu filologi
3, doktor Sugeng Sugiharto , pendidikan formal S3 di salah satu universitas di korea , jadi tidak diragukan lagi sebagai ahli di bidangnya dan bekerja sebagai staf ahli di badan riset ( bukan orang sembarangan )
Belum ditambah para kiayi para profesor lain yang mendukung dibelakang,
Sedangkan jagoan robithoh Alawiiyah , seperti Hanif Al Athos Aventador 007, rumail abas, habib pesek wafi ditambah satu dokter habib dan ada tambahan 2 atau 3 ustad yang tidak jelas 😂😂
Mereka itu level pembaca bukan peneliti,
Dan aku simak obrolan pion pion habib , tak ada yang berbobot dan bisa menjawab tesis kiayi imad
Pantesan 12 pertanyaan kiayi Imad tidak mampu dijawab fihak robithoh Alawiiyah,
Nasab mereka sudah fix rungkad ,
Dan mereka sudah putus urat malunya 😂😂
12 - 0
Bismillah,, sajian video menarik lucu juga informatif yang akan menjadi penyegaran dalam dunia keilmuan dan politik.
Semoga bermanfaat dan berkah dunia akhirat
Aammmiinn