Kelompok peretas ransomware Brain Chiper, yang mengaku meretas Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2, mengatakan, serangan siber ini dilakukan demi memberikan “pelajaran” bagi pemerintah terkait pentingnya investasi teknologi, tes keamanan sistem, serta perekrutan tenaga yang berkualifikasi.
“Mengapa kami menyerang pusat data? Seperti yang Anda tahu, pusat data adalah industri teknologi tinggi yang membutuhkan investasi besar, dan setiap orang yang menjalankan bisnis ini harus mengetahui hal tersebut,” tutur Brain Chiper lewat keterangan di tangkapan layar, Rabu (3/7/2024).
Dalam kasus ini, serangannya disebut sangat mudah, sehingga Brain Chiper hanya membutuhkan waktu sebentar untuk membongkar data dan mengenkripsi beberapa ribu terabyte informasi.
Sebelumnya, PDNS 2 telah diretas sejak Kamis (20/6) menggunakan ransomware. Alhasil, data-data milik setidaknya 282 instansi pusat hingga daerah, dikunci dan tidak dapat dibuka. Pemerintah menyebut, peretas meminta tebusan berupa uang sebanyak 8 juta dolar AS untuk dapat membuka kunci.
Meskipun begitu, Brain Chiper akhirnya memutuskan memberikan kunci enkripsi secara gratis dan meminta maaf kepada masyarakat Indonesia. Dan pada Rabu (3/7) tengah malam, mereka membagikan tautan untuk mengunduh dokumen dekriptor yang diklaim dapat digunakan untuk mengakses data di server PDNS.
Direktur Jenderal Aplikasi dan Informatika (Aptika) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Semuel Abrijani Pangerapan, menyebut pihaknya telah mengupayakan pemulihan kembali data-data yang dibekukan oleh kelompok peretas.
“Kita sudah coba di spesimen kita. Memang berhasil dibuka, tapi kita belum tahu karena kan dikunci banyak. Itu masih lagi dikerjakan teman-teman teknis,” kata Semuel dalam konferensi pers di Gedung Kementerian Kominfo, Jakarta pada Kamis (4/7).
#TirtoDaily
YouTube Comments - 0 Comments
Top Comments of this video!! :3