Kapolda Sumatera Barat Irjen Pol. Suharyono menyebut, rekaman CCTV di Polsek Kuranji sudah terhapus. Polsek Kuranji diduga menjadi tempat berlangsungnya penganiayaan yang berujung pada tewasnya AM (13), seorang remaja yang ditangkap polisi usai diduga terlibat aksi tawuran.
Suharyono menyebut, data CCTV di Polsek Kuranji hanya mampu tertampung selama 11 hari. "CCTV tidak rusak, tidak rusak, ada, tetapi daya tampungnya untuk menyimpan hanya 11 hari," ujar Suharyono dalam konferensi pers yang digelar pada Minggu (30/6/2024).
Hal ini terjadi karena ruang penyimpanan CCTV di Polsek Kuranji hanya sebesar satu terabyte (1TB). "Andai kata dibuka itu sebelum hari kesebelas atau tepat hari kesebelas masih tersimpan, tetapi daya kemampuan menyimpan hanya sampai hari kesebelas,” jelas Suharyono.
Suharyono juga menegaskan bahwa AM tewas karena lompat dari atas jembatan Kuranji, bukan karena disiksa oleh anggota polisi. Ia menyebut, Afif diduga terlibat aksi tawuran dan loncat dari atas jembatan karena panik saat dikejar oleh polisi.
"Saat di TKP di Jembatan Kuranji, sepeda motor yang dibawa A yang membonceng AM terjatuh. "AM mengajak lompat. 'Bang kita melompat saja'. Dijawab oleh A, 'jangan lompat, kita menyerahkan diri saja',” ujar Suharyono.
Berdasarkan keterangan Suharyono, motor AM sempat terjatuh karena ditendang oleh dua anggota polisi, yang menurut pengakuan Suharyono kini keduanya sudah diperiksa. Namun Suharyono menyebut, hingga saat ini belum ditemukan saksi kunci yang melihat AM loncat dari atas jembatan.
Untuk melakukan investigasi lebih mendalam, Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo telah mengerahkan tim Inspektorat Pengawasan Umum (Itwasum) hingga Profesi dan Pengamanan (Propam) Polri untuk turun langsung mengecek lokasi kejadian.
#TirtoDaily
@Priyonottaufik58
3 months ago
Hukum itu ga bisa katanya katanya,Pak Kapolda harus ada barang bukti jg.Harusnya kan pinteran lu tp kok mesti diajarin.Omongan lu kata anak buah lu?Emangnya bisa kita percaya?😅
|