Penjualan uang palsu beredar di media sosial (medsos) Instagram dan Facebook. Para penjual uang palsu memasarkan produk mereka lewat berbagai fitur di medsos, seperti highlights Instagram Story hingga grup Facebook.
Uang palsu yang dijual berkualitas premium, sehingga hampir sulit dibedakan dengan uang asli. Uang palsu menggunakan pita tanam seperti yang dikeluarkan Bank Indonesia (BI), menggunakan kertas grade A, serta tinta anti air dan luntur.
Teknologi yang digunakan para penjual ini membuat uang palsu dapat lolos pengecekan dengan sinar ultraviolet (UV), serta lolos metode pengecekan 3D (Dilihat, Diraba, & Diterawang).
Uang palsu dijual dengan harga yang beragam. Dengan membayar Rp200 ribu, pembeli bisa mendapatkan uang dengan nominal Rp3,5 juta. Paket terbesar dibanderol dengan harga Rp5 juta, dengan nominal yang diterima pembeli sebesar Rp56 juta.
Metode pengiriman uang palsu kepada para pembeli juga beragam, ada yang menggunakan metode mapping, COD, hingga ekspedisi. Umumnya, para penjual mengirimkan uang palsu kepada para pembelinya dengan menggunakan ekspedisi.
Terkait dengan hal ini, BI buka suara dengan mengingatkan sanksi pidana yang dapat mengancam para penjual maupun pembeli uang palsu. BI menegaskan, praktik ilegal ini bertentangan dengan UU No.7 Tahun 2011 tentang Mata Uang.
#TirtoDaily